9. TEKNIK PEMBUATAN VIDEO FILM

 


Film adalah gambar-hidup yang juga sering disebut movie. Film secara kolektif sering disebut sebagai sinema. Sinema bersumber dari kata kinematic atau gerak. Pengertian secara harfiah film (sinema) adalah cinematographie yang berasal dari cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = ghrap (tulisan = gambar = citra).

 

Jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera.

Film merupakan karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya.

 

Dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau lainnya.

1.             Tahap-tahap produksi film

Membuat naskah dan storyboard

a.            Tentukan ide naskah

  • Pikirkan ide naskah yang bisa Anda ceritakan dalam waktu kurang dari 10 menit. Agar cerita Anda tidak terlalu rumit, cobalah berfokus pada ide utamanya terlebih dahulu.
  • Pikirkan pula genre film yang ingin Anda buat; apakah itu horor, drama, atau genre lainnya?
  • Pikirkan salah satu kejadian yang menarik dalam hidup Anda, dan gunakan pengalaman tersebut sebagai sumber inspirasi naskah.
  •  Pikirkan ruang lingkup cerita Anda dan apakah cerita tersebut sejalan dengan bujet yang Anda miliki

b.            Buat naskah film pendek anda

  •  Jika Anda memang sedang mempelajari teknik penulisan naskah, cobalah membuat naskah sendiri.
  •  Naskah film pendek harus mengandung elemen lengkap yaitu permulaan, pertengahan, dan penyelesaian. Umumnya, panjang naskah film pendek dengan durasi 10 menit adalah tujuh sampai delapan halaman.
  • Jika keuangan terbatas, jangan membuat naskah dengan cerita yang terlalu kompleks (seperti mengandung adegan ledakan api atau membutuhkan efek digital yang mahal).

c.            Cari berbagai contoh naskah online

  •  Jika kesulitan membuat naskah sendiri, cobalah mencari naskah-naskah film yang sudah dipublikasikan daring.
  • Jika Anda berniat untuk mengubah naskah tersebut menjadi film komersial, jangan lupa meminta izin kepada penulis aslinya.
  • Beberapa penulis menjual naskah mereka dengan biaya tertentu.

d.            Buat storyboard (sketsa gambar yang disusun berdasarkan urutan adegan dalam naskah)

  •  Storyboard adalah sekumpulan gambar yang mendeskripsikan cerita dalam setiap adegan.
  •  Gambar yang dibuat tidak perlu terlalu detail atau artistik, namun harus cukup jelas          sehingga mampu memahami detail terkait setiap adegan dalam naskah.
  •  Membuat storyboard sebelum memulai proses syuting membantu anda untuk lebih         berfokus pada rencana pengambilan gambar.
  • Jika kesulitan menggambarkan detail naskah secara spesifik, cobalah menggambar stik figur untuk merepresentasikan masing-masing aktor dan menggambar bentuk sederhana untuk merepresentasikan masing-masing objek dalam setiap adegan.

e.   Tahap Produksi

  • Cari lokasi yang menarik dan sesuai dengan naskah Anda.
  • Jika ingin menggunakan kantor atau lokasi tertentu untuk dijadikan lokasi syuting, jangan lupa meminta izin secara resmi kepada pihak-pihak yang berwenang.
  • Jika adegan dalam naskah membutuhkan lokasi syuting di dalam ruangan, cobalah memanfaatkan ruang-ruang di apartemen atau rumah Anda.
  • Jika membutuhkan lokasi syuting di luar ruangan, cobalah mencari lokasi yang aman dan legal. Terkadang perlu biaya untuk mendapatkan izin syuting di lokasi miliki pribadi maupun umum.
  • Cari aktor untuk film pendek Anda.
  • -Jika memiliki anggaran lebih untuk menggunakan actor profesional, Anda boleh mengadakan audisi khusus untuk mencari aktor yang sesuai.
  • Namun jika film pendek tersebut sekadar dibuat untuk memenuhi kepuasan pribadi, maka cukup meminta bantuan kepada sahabat dan/atau kerabat terdekat untuk berperan disana.

  • Pada dasarnya, cari aktor yang mampu menjiwai perannya sebaik mungkin; untuk mengetahuinya, mintalah mereka membaca naskah dan nilai kelayakan mereka melalui uji coba tersebut
  • Rekrut kru film.
  • Kru film berfungsi untuk membantu mengerjakan berbagai aspek teknis saat proses pembuatan film berlangsung (misalnya aspek produksi, sinematografi, pencahayaan, penyuntingan, dan pengaturan suara).
  • Anda bisa memilih untuk mempekerjakan kru profesional atau mengerjakannya sendiri; seluruhnya sangatlah bergantung pada anggaran yang disediakan.
  •  Jika tidak memiliki anggaran untuk mempekerjakan kru profesional, mintalah bantuan teman yang menyukai dunia perfilman secara cuma-cuma.

Beli atau sewa peralatan syuting.

  •   Untuk proses pengambilan gambar membutuhkan kamera, lampu, dan alat perekam suara. Pada dasarnya, peralatan syuting yang dijual secara bebas memiliki harga yang bervariasi. Jika bujet terbatas, cobalah membeli kamera digital yang dijual dengan harga kurang dari satu juta rupiah; jangan salah, banyak pula pembuat film yang hanya menggunakan kamera hp. Namun jika Anda memiliki bujet lebih, cobalah membeli kamera DSLR yang berkualitas dan berharga lebih mahal.
  •   Jika ingin gambar yang diambil terlihat lebih stabil, pastikan Anda menggunakan tripod.
  •  Jika ingin melakukan syuting pada siang hari, cobalah memanfaatkan matahari sebagai sumber pencahayaan.
  • Jika ingin melakukan syuting di dalam ruangan, umumnya Anda membutuhkan dudukan lampu dan lampu sorot.
  • Untuk merekam suara, Anda bisa menggunakan mikrofon boom. Namun jika keuangan Anda terbatas, Anda juga bisa menggunakan perekam suara sederhana atau mikrofon kecil tanpa kabel.
  • Hati-hati, mikrofon perekam bawaan pada kamera cenderung kurang mampu menangkap suara dengan jelas.

2.             Sinematografi


 

Sinematografi (dari bahasa Yunani: 'kinema - κίνημα' "gerakan" dan graphein - γράφειν                                         "merekam") Sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide (dapat mengemban cerita).

 

Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Karena objeknya sama maka peralatannyapun mirip. Perbedaannya, peralatan fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkan sinematografi menangkap rangkaian gambar.


Komposisi dan Framing Gambar

Belum ada kesepakatan tentang definisi yang benar-benar pas tentang apa itu sebenarnya shot. Ketika kita menekan tombol rec atau start sampai kita tekan sekali lagi tombol yang sama, maka itu adalah satu shot. Walaupun hanya satu detik atau bahkan sampai satu jam dari awal sampai akhir, baik bergerak maupun diam.

SHOT SIZE/Type of Shot

Framing gambar (pembikaian gambar) adalah cara dimana sebuah adegan,

orang, atau obyek ditempatkan disatu gambar dalam lensa kamera. Para penonton biasanya akrab dengan konvensi tertentu, maka sangatlah penting menyadari dampak berbeda yang dihasilkan oleh gambar yang berbeda. Jika kita merekam secara close up wajah seseorang, kita akan mengajak penonton untuk mengkuti alur pikiran, emosi, dan perkataan orang itu. Jika kita memfilmkan orang yang sama tetapi dengan jarak yang relatif lebih jauh, para penonton akan mengetahui konteks orang itu.

1. Close Up Shot Shot yang menampilkan objek pada gambar lebih dekat Misalnya dari batas bahu sampai atas kepala.

2. MCU (Medium Close Up Shot) Shot yang menampilkan sebatas dada sampai atas kepala.

3.   MS (Medium Shot) Shot yang menampilkan sebatas pinggang sampai atas kepala.

4. Long Shot (LS) Gambar ini menunjukkan orang dari kepala hingga kaki. Kita juga harus berhati-hati dengan head room (ruang disekitar kepala). Terlalu banyak ruang diatas kepala akan membuat gambar tampak aneh, begitu pun terlalu banyak ruang di kaki. Prinsipnya harus proposional.

5. ECU (Extrime Close Up) Shot yang menampilkan detail obyek. Misalnya mata, hidung, atau telinga.

6. Extrem Long Shots (ELS / Wide Shots) Pengambilan gambar dengan cara ini biasa digunakan untuk "establishing shot" (shot untuk membangun situasi). Jenis gambar ini         memberi orientasi pada penonton tidak hanya pada satu lokasi, tetapi juga atmosfer, konteks, dan situasi secara keseluruhan. Kapan pun kita ingin mengganti adegan di video kita, kita harus memberi orientasi ulang para penonton dengan establishing shot yang baru.

7. Two Shot Shot yang menampilkan dua orang/objek terlepas dari jauh atau dekatnya pengambilan gambar.

8.   OSS (Over Shoulder Shot) Pengambilan gambar di mana kamera berada di belakang bahu salah satu pelaku atau dibelakang objek yang membelakangi, dan tampak di dalam frame. Sementara obyek utama tampak menghadap kamera dengan latar depan bahu lawan main

9. POV (Point Of View) Kemera sebagai sudut pandang pelaku atau subjek
gambar (sudut pandang orang pertama).


Download Materi Disini💛










Komentar